Karya : Fitri Maulina - 152151070
Email : fitri.maulina123@gmail.com
B
|
aris berbaris
tentunya sudah menjadi sesuatu hal yang sangat biasa dalam kehidupan
sehari-hari baik dalam bidang formal maupun non formal atau masyarakat. Sejak
Taman Kanak-kanak (TK) kita tentunya sudah mengenal yang namanya baris-berbaris,
baik dalam melakukannya ataupun hanya melihat saja. Barisberbaris pada dasarnya
dilakukan dengan berlandaskan pada sebuah aturan. Pata tahun 1985 telah dibuat
SKEP Peraturan Baris Berbaris 1985 yang kemudian menjadi patokan peraturan
dalam baris berbaris. Lalu selanjutnya peraturan itu diperbaiki pada tahun 2014
dikarenakan kurang sesuainya lagi dengan ketentuan-ketentuan perundang-undangan
dan perkembangan organisasi TNI, sehingga perlu dilakukan perubahan. Saat ini
peraturan baris berbaris berubah menjadi PERATURAN PANGLIMA TENTARA NEGARA
INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014.
Menurut PERPANG TNI NOMOR 46 TAHUN
2014 tentang Peraturan Baris-Berbaris Tentara Negara Indonesia Pasal 1 Ayat 1, Peraturan
Baris Berbaris (PBB) adalah peraturan tata cara baris berbaris yang diwujudkan
dalam bentuk latihan fisik yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dan jiwa
korsa dalam kehidupan militer yang diarahkan kepada terbentuknya suatu sikap
prajurit berkarakter dan jasmani yang tegap, tangkas, menumbuhkan disiplin,
loyalitas tinggi, kebersamaan dan tanggung jawab sehingga senantiasa
mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu.
Mungkin beberapa orang belum
sadar bahwa Baris berbaris sangat menggunakan banyak konsep MATEMATIKA di
dalamnya. Seperti konsep Geometri, Bilangan, Rotasi, Sudut, dan juga konsep
Matematika Aplikasi. Penulis akan menjelaskan dan mendeskripsikan bahkan
menunjukkan bahwa konsep Matematika sangatlah diperlukan dalam gerakan-gerakan
baris-berbaris.
A.
Gerakan Di Tempat
1. Sikap
Sempurna
Sikap sempurna adalah
sikap siap dalam posisi berdiri. Pada pelaksanaannya tidak ada gerakan bagi
anggota tubuh dengan ketentuan yang telah diatur pada tiap-tiap bentuk posisi
sikap sempurna.
Pelaksanaan sikap sempurna posisi
berdiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Sikap
berdiri badan tegak.
b. Kedua
tumit rapat dengan kedua telapak kaki membentuk sudut 45⁰.
c. Lutut
lurus dan paha dirapatkan, tumpuan berat badan dibagi atas kedua kaki.
d. Perut
ditarik dan dada dibusungkan.
e. Pundak
ditarik sedikit kebelakang dantidak dinaikkan.
f. Kedua
tangan lurus dan rapat disamping badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari
tangan (mengepal) menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha.
g. Punggung
ibu jari menghadap kedepan merapat pada jahitan celana.
h. Leher
lurus, dagu ditarik sedikit ke belakang.
i.
Mulut ditutup, pandangan mata lurus
mendatar kedepan, bernapas sewajarnya.
Pada
sikap sempurna konsep matematika yang digunakan adalah konsep Trigonometri,
karena pada saat sikap sempurna menggunakan ketentuan sudut, yaitu 45⁰ pada posisi kaki yang terbuka.
2. Sikap
Istirahat
Sikap istirahat
adalah sikap posisi berdiri dan duduk dalam pelaksanaannya sikap rileks bagi
anggota tubuh dengan ketentuan yang telah diatur pada tiap-tiap bentuk posisi
sikap istirahat.
Pelaksanaan sikap istirahat posisi
berdiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Kaki
kiri dipindahkan kesamping kiri, dengan jarak selebar bahu.
b. Kedua
belah tangan dibawa kebelakang.Tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan
dengan ibu jari dan jari telunjuk tepat dipergelangan tangan kanan, punggung
tangan kiri diletakkan dipinggang/kopelrim.
c. Pandangan
mata tetap lurus ke depan.
Pada sikap istirahat konsep yang
digunakan adalah konsep sudut, yaitu posisi tangan yang berada di belakang
punggung membentuk sudut dan berbentuk seperti belah ketupat.
3. Lencang
Kanan/Kiri
Tata cara lencang kanan dan atau
lencang kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dilaksanakan
pada saat pasukandalam formasi bersaf.
b. Pada
aba-aba pelaksanaan saf paling depan mengangkat luruslengan kanan/kiri
kesamping sampaidibelakang punggung orang yang berada disebelah
kanan/kiri,selanjutnya mengambil jarak satu lengan sehingga tangan menyentuh
bahu orang yang berada disebelahnya.
c. Jari-jari
tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas,bersamaan dengan itu
kepala dipalingkan ke kanan/kiri dengan tidak terpaksa.
d. Penjuru
saf tengah dan belakang, melaksanakan lencang depan 1 lengan ditambah 2 kepal,
setelah lurus menurunkan tangan secara bersama-samasetelah orang paling
belakang memberi isyarat, kepala tetap lurus kedepan sedang saf 2 dan 3 yang
lain memalingkan kepala kekanan/kiri dengan tidak mengangkat tangan.
e. Masing-masing
saf meluruskan diri hingga dapat melihat dada orang-orang yang berada disebelah
kanan/kiri sampai kepada penjuru kanan/kirinya.
f. Penjuru
kanan/kiri tidak berubah tempat.
g. Setelah
lurus aba-aba “TEGAK = GERAK”.
h. Kepala
dipalingkan kembali ke depan bersamaan tangan kanan kembali ke sikap sempurna.
Pada
saat lencang kanan/kiri konsep matematika yang digunakan adalah konsep
Translasi atau pergeseran. Pada saat aba-aba pelaksanaan diucapkan maka pasukan
akan bergeser sesuai jarak yang sudah ditentukan.
4. Lencang
Depan
Tata cara lencang depan diatur
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Dilaksanakan
pada saat pasukan dalam formasi berbanjar.
b. Penjuru
tetap sikap sempurna sedangkan banjar kanan nomor dua dan seterusnya meluruskan
ke depan dengan mengangkat tangan jarak 1 lengan ditambah 2 kepal orang yang di
depannya,jari-jari tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas.
c. Banjar
dua dan tiga saf terdepan mengambil antara satu lengan/setengah lengan
disamping kanan, setelah lurus menurunkan tangan, serta menegakkan kepala
kembali dengan serentak.
d. Pada
aba-aba “TEGAK = GERAK” banjar kanan kecuali penjuru secara serentak menurunkan
lengan dan berdiri dalam sikap sempurna.
Pada
saat lencang depan konsep matematika yang digunakan adalah konsep Translasi
atau pergeseran. Pada saat aba-aba pelaksanaan diucapkan maka pasukan akan
bergeser sesuai jarak yang sudah ditentukan.
5. Setengah
Lengan Lencang Kanan/Kiri
Tata cara setengah lengan lencang
kanan dan atau setengah lengan lencang kiri diatur dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Secara
umum pelaksanannya sama seperti lencang kanan/kiri.
b. Tangan
kanan/kiri diletakkan dipinggang (bertolak pinggang) dengan siku menyentuh
lengan orang yang berdiri disebelah kanan/kirinya, pergelangan tangan lurus,
ibu jari disebelah belakang dan empat jari lainnya rapat disebelah depan.
c. Pada
aba-aba “TEGAK = GERAK” semua serentak menurunkan lengan memalingkan muka
kembali ke depan dan berdiri dalam sikap sempurna.
Pada
saat setengah lengan lencang kanan/kiri konsep matematika yang digunakan adalah
konsep Trignometri dan Translasi. Pada saat aba-aba pelaksanaan diucapkan maka
pasukan akan bergeser sesuai jarak yang sudah ditentukan dan posisi tangan akan
membentuk sudut 45⁰.
6. Berhitung
Pelaksanaan berhitung dalam bentuk
formasi bersaf, sebagai berikut:
a. Setelah
ada aba-aba peringatan:”HITUNG”, barisan yang berada di saf paling depan semua
memalingkan kepala secara serentak ke arah kanan 45º, personel yang bertindak
sebagai penjuru kanankepala lurus kedepan.
b. Aba-aba
pelaksanaan:” MULAI”
hitungan pertama (satu) diawali dari penjuru kanan dengan kepala tidak
dipalingkan.
c. Untuk
urutan kedua dan seterusnya bersamaan dengan menyebut hitungan dua dan seterus
kepala dipalingkan ke arah semula (lurus ke depan).
d. Untuk
personel paling kiri belakang berteriakmelaporkanjumlah kekurangan atau
“LENGKAP”.
Pelaksanaan berhitung dalam bentuk
formasi berbanjar, sebagai berikut:
a. Personel
paling depan banjar kanan mengawali hitungan pertama danberturut-turut ke
belakang menyebutkan nomornya masing-masing dengan kepala tetap tegak.
b. Untuk
saf kedua,ketiga dan seterusnya melanjutkan hitungan, kepala tetap lurus ke
depan.
c. Personel
paling kiri belakang berteriak melaporkan jumlah kekuranganatau “LENGKAP”.
Pada saat berhitung konsep
matematika yang digunakan adalah konsep Trigonometri yang menggunakan ketentuan
sudut 45⁰ pada saat memalingkan kepala dan
konsep Bilangan pada saat pasukan yang posisinya di panjar paling depan
menyebutkan bilangan sesuai urutan, serta konsep Perkalian pada saat personil
paling kiri berteriak lengkap (baris × banjar).
7. Hormat
Tata cara
penghormatan adalah: Setelah aba-aba pelaksanaan diucapkan, dengan gerakan cepat
tangan kanan diangkat ke arah pelipis kanan dan tangan membentuk sudut 90⁰.
Pada saat
Hormat konsep matematika yang digunakan adalah konsep Trigonometri karena
menggunakan ketentuan sudut, yaitu posisi tangan membentuk sudut 45⁰ pada saat
hormat kepada seseorang dan 90⁰ pada saat hormat kepada bendera.
8. Hadap
Kanan/Kiri
Urutan kegiatan hadap kanan diatur
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Aba-aba
“HADAP KANAN = GERAK”.
b. Saat
aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan serong di depan kaki kanan dengan
lekukan kaki kiri berada di ujung kaki kananjarak satu kepalan tangan berat
badan berpindah ke kaki kananpandangan mata tetap lurus kedepan.
c. Kaki
kanandan badan diputar ke kanan 90 ºdengan poros tumit kaki kanan.
d. Kaki
kiri dirapatkan kembali ke kaki kanan seperti dalam keadaan sikap sempurna.
Urutan kegiatan hadap kiri diatur
dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Aba-aba
“HADAP KIRI = GERAK”.
b. Saat
aba-aba pelaksanaan kaki kanandiajukan serong di depan kaki kiri dengan lekukan
kaki kanan berada di ujung kaki kirijarak satu kepalan tangan, berat badan
berpindah ke kaki kiripandangan mata tetap lurus kedepan.
c. Kaki
kiridan badan diputar ke kiri 90 º dengan poros tumit kaki kiri.
d. Kaki
kanan dirapatkan kembali ke kaki kiri seperti dalam keadaan sikap sempurna.
Pada saat hadap kanan/kiri konsep
matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi, karena pada pelaksanaannya
menggunakan ketentuan sudut yang perputaraannya 90⁰ dan mempunyai poros.
9. Balik
Kanan
Urutan kegiatan balik kanan diatur
sebagai berikut:
a. Aba-aba
“BALIK KANAN = GERAK”.
b. Kaki
kiri diajukan melintang di depan kaki kanan, lekukan kaki kiri di ujung kaki
kanan membentuk huruf “T” dengan jarak satu kepalan tangan, tumpuan berat badan
berada di kaki kiri, posisi badan dan pandangan mata tetap lurus kedepan.
c. Kaki
kanan dan badan diputar ke kanan 180º dengan poros tumit kaki kanan.
d. Tumit
kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan tidak diangkat, (kembali seperti dalam
keadaan sikap sempurna).
Pada saat balik kanan konsep
matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi, karena pada pelaksanaannya
menggunakan ketentuan sudut yang perputaraannya 180⁰ dan mempunyai poros.
10. Hadap
Serong Kanan/Kiri
Urutan kegiatan hadap
serong kanan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Aba-aba
“HADAP SERONG KANAN = GERAK”.
b. Pada
aba-aba pelaksanaan kaki kiri digeser sejajar dengan kaki kanan, berjarak ± 20
cm atau selebar bahu, posisi badan dan pandangan mata tetap lurus kedepan.
c. Kaki
kanan dan badan diputar ke kanan 45º dengan poros tumit kaki kanan.
d. Tumit
kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan dengan tidak diangkat.
Urutan kegiatan hadap serong kiri
diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Aba-aba
“HADAP SERONG KIRI = GERAK”
b. Pada
aba-aba pelaksanaan kaki kanan digeser sejajar dengan kaki kiri, berjarak ± 20
cm atau selebar bahu, posisi badan dan pandangan mata tetap lurus kedepan.
c. Kaki
kiri dan badan diputar ke kiri 45º dengan poros tumit kaki kiri.
d. Tumit
kaki kanan dirapatkan ke tumit kaki kiridengan tidak diangkat.
Pada saat hadap kanan/kiri konsep
matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi, karena pada pelaksanaannya
menggunakan ketentuan sudut yang perputaraannya 45⁰ dan mempunyai poros.
11. Jalan
Di Tempat
Urutan pelaksanaan jalan ditempat.
a. SaatSetelah
aba-aba pelaksanaan kaki kiri dan kanan diangkat secara bergantian dimulai
dengan kaki kiri.
b. Posisi
paha dan badan membentuk sudut 90º(horizontal).
c. Ujung
kaki menuju kebawah.
d. Tempo
langka sama dengan langkah biasa.
e. Badan
tegak pandangan mata lurus ke depan.
f. Lengan
lurus dirapatkan pada badan dengan tidak dilenggangkan.
Pada saat jalan di tempat konsep
matematika yang digunakan adalah konsep Trigonometri karena menggunakan
ketentuan sudut, yaitu 90⁰untuk
posisi paha dan badan.
B.
Gerakan Berjalan
Pada baris-berbaris gerakan
berjalan dilakukan dengan secara serempak oleh pasukan dan menggunakan
ketentuan-ketentuan. Setiap gerakan mempunyai ketentuan panjang dan temponya
masing-masing, diantaranya:
·
Langkah biasa
65 cm/106 tiap menit.
·
Langkah tegap/defile
65 cm/103 tiap menit.
·
Langkah perlahan
40 cm/30 tiap menit.
·
Langkah ke samping
40 cm/70 tiap menit.
·
Langkah ke belakang
40 cm/70 tiap menit.
·
Langkah ke depan
60 cm/70 tiap menit.
·
Langkah waktu lari
80 cm/165 tiap menit.
Dari pernyataan di atas kita dapat
melihat konsep matematika yang digunakan adalah konsep Matematika Aplikasi
khususnya Fisika, yaitu kecepatan.
·
Langkah biasa
65 cm/106 tiap menit.
Kecepatan:
65 cm = 0,65 m
106 = 68,9 m
1 menit = 60 sekon
·
Langkah tegap/defile
65 cm/103 tiap menit.
Kecepatan:
65 cm = 0,65 m
103 = 66,95 m
1 menit = 60 sekon
·
Langkah perlahan
40 cm/30 tiap menit.
Kecepatan:
40 cm = 0,4 m
30 = 12 m
1 menit = 60 sekon
·
Langkah ke samping
40 cm/70 tiap menit.
Kecepatan :
40 cm = 0,4 m
70 = 28 m
1 menit = 60 sekon
·
Langkah ke belakang
40 cm/70 tiap menit.
Kecepatan:
40 cm = 0,4 m
70 = 28 m
1 menit = 60 sekon
·
Langkah ke depan
60 cm/70 tiap menit.
Kecepatan:
60 cm = 0,6 m
70 = 42 m
1 menit = 60 sekon
·
Langkah waktu lari
80 cm/165 tiap menit.
Kecepatan:
80 cm = 0,8 m
165 = 132 m
1 menit = 60 sekon
Selain gerakan yang telah
dijelaskan di atas, masih ada beberapa gerakan yang dilakukan pada gerakan
berjalan, diantaranya:
1. Haluan
dan Melintang
Pelaksanaan Haluan:
a. Pada
aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan
arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
b. Bersamaan
dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak
melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian
berjalan ditempat.
c. Setelah
penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak “LURUS”.
d. Kemudian
komandan memberi aba-aba: “HENTI =GERAK”.Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh
ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan berhenti dan sikap
sempurna.
Pelaksanaan Melintang:
a. Melintang
Kanan, pada aba-aba pelaksanaan hadap kanan kemudian melaksanakan haluan kiri.
b. Melintang
Kiri, pada aba-aba pelaksanaan hadap kirikemudian melaksanakan haluan kanan
c. Pasukan
melaksanakan haluan kiri/kananyaitu penjuru kiri/kanan berjalan ditempat dengan
memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
d. Bersamaan
dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak
melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian
berjalan ditempat.
e. Setelah
penjuru kiri/kanan depan melihat safnya lurus maka teriak “LURUS”.
f. Kemudian
komandan memberi aba-aba: “MAJU = JALAN”. Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh
ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan maju jalan dengan gerakan
langkah biasa. (pasukan tidak berhenti dulu).
Pada saat haluan/melintang konsep
matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi karena menggunakan ketentuan
sudut yang perputarannya 90⁰
dan terdapat poros.
2. Belok
Kanan/Kiri
Pelaksanaan belok kanan/kiri.
a. Dari
Sikap sempurna.
b. Setelah
aba-aba pelaksanaan kaki kiri melangkah satu langkah dengan dihentakakan.
c. Kemudian
penjuru kanan/kiri memperpendek langkah (± 16 cm) dan merubah gerakan
kekanan/kekiri secara perlahan ± 7 langkah sehingga kedudukan berpindah kekanan
depan 60 cm. (Penjuru depan merubah arah 90º ke kanan/kiri atau hadap
kanan/kiri)
d. Orang
tengah dan orang paling luar (kanan/kiri) melakukan gerakan sama dengan
penjuru, dengan panjang langkah 32,5 cm dan 65 cm (langkah biasa) hingga
posisinya berada disamping penjuru.
e. Kemudian
melanjutkan gerakan maju dengan langkah biasa.
Pada saat belok kanan/kiri konsep
matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi karena menggunakan ketentuan
sudut yang perputarannya 90⁰
dan terdapat poros.
3. Dua
Kali Belok Kanan/Kiri
Tata cara dua kali belok kanan/kiri:
a. Untuk
dua kali belok kanan,aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri
penjuru jatuh ditanahditambah satu langkah, sedangkan belok kiri jatuh pada
kaki kanan ditambah satu langkah.
b. Setelah
aba-aba pelaksanaan kaki kiri melangkah satu langkah dengan dihentakakan.
c. Kemudian
penjuru kanan/kiri memperpendek langkah (± 16 cm) dan merubah gerakan
kekanan/kekiri secara perlahan ± 7 langkah sehingga kedudukan berpindah kekanan
depan 60 cm. (Penjuru depan merubah arah 90º ke kanan/kiri atau hadap
kanan/kiri)
d. Orang
tengah dan orang paling luar (kanan/kiri) melakukan gerakan sama dengan
penjuru, dengan panjang langkah 32,5 cm dan 65 cm (langkah biasa) hingga
posisinya berada disamping penjuru.
e. Selanjutnya
melaksanakan belok kanan/kiri kembali.
f. Kemudian
melanjutkan gerakan maju dengan langkah biasa.
Pada saat dua kali belok kanan/kiri
konsep matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi karena menggunakan
ketentuan sudut yang mempunyai poros dan perputarannya 90⁰ lalu melakukan beberapa
langkah lalu melakukan perputaran 90⁰
kembali sehingga perputarannya menjadi 180⁰.
4. Tiap-Tiap
Banjar Dua Kali Belok Kanan/Kiri
Tata cara tiap-tiap banjar dua kali
belok kanan/kiri:
a. Penjuru
tiap-tiap banjar melangkah satu langkah kedepan kemudian
masing-masingmelaksanakan dua kali belok kanan hingga berbelokarah 180º.
b. Personel
lainya melaksanakan gerakan yang sama setibanya ditempat penjuru belok.
Pada saat haluan/melintang konsep
matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi karena menggunakan ketentuan
sudut yang mempunyai poros dan perputarannya 90⁰ yang dilakukan sebanyak dua kali sehingga
perputarannya menjadi 180⁰.
5. Berhimpun
Tata
cara berhimpun:
a. Pada
waktu aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan menghadap
penuh kepada yang memberi aba-aba.
b. Pada
aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap untuk lari, selanjutnya
lari menuju di depan komandan dengan jarak 3 langkah.
c. Pada
waktu seluruh anggota sampai ditempat, mengambil sikap istirahat, saf kedua dan
seterusnya mengambil posisi diblakangnya antara orang-orang didepannya
(dísela-sela)
d. Setelah
ada aba-aba “SELESAI”, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik kanan
selanjutnya menuju tempat masing-masing.
e. Pada
saat datang ditempat komandan serta kembali tidak menyampaikan penghormatan.
f. Bentuk
mengikat jumlah saf tidak mengikat.
3
Langkah
Pada saat berhimpun
konsep matematika yang digunakan adalah konsep Simetris, karena pada posisi
berhimpun mempunyai pola.
Kesimpulan:
Dapat
disimpulkan bahwa dalam baris-berbaris terdapat peraturan pelaksanaan yang
banyak menggunakan konsep matematika, bahkan hampir 100% semua gerakan
baris-berbaris menggunakannya. Penulis yakin bahwa bukan hanya baris-berbaris
saja yang nyatanya menggunakan konsep matematika, masih banyak
kegiatan-kegiatan dalam kehidupan sehari-hari kita yang menggunakan konsep matematika.
Hanya saja kita belum menyadarinya.
Matematika
bukanlah hal yang sangat sulit dan rumit atau bahkan
menakutkan. Matematika adalah suatu hal yang sebenarnya selalu menemani kita
dalam setiap aktivitas.
Penulis
berharap karya tulis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca khususnya
bagi penulis sendiri. Sadarilah, bahwa matematika adalah teman terdekat kita!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar