Jumat, 24 Juni 2016

MATEMATIKA DALAM PBB


Karya : Fitri Maulina - 152151070
Email  :  fitri.maulina123@gmail.com


B
aris berbaris tentunya sudah menjadi sesuatu hal yang sangat biasa dalam kehidupan sehari-hari baik dalam bidang formal maupun non formal atau masyarakat. Sejak Taman Kanak-kanak (TK) kita tentunya sudah mengenal yang namanya baris-berbaris, baik dalam melakukannya ataupun hanya melihat saja. Barisberbaris pada dasarnya dilakukan dengan berlandaskan pada sebuah aturan. Pata tahun 1985 telah dibuat SKEP Peraturan Baris Berbaris 1985 yang kemudian menjadi patokan peraturan dalam baris berbaris. Lalu selanjutnya peraturan itu diperbaiki pada tahun 2014 dikarenakan kurang sesuainya lagi dengan ketentuan-ketentuan perundang-undangan dan perkembangan organisasi TNI, sehingga perlu dilakukan perubahan. Saat ini peraturan baris berbaris berubah menjadi PERATURAN PANGLIMA TENTARA NEGARA INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2014.
Menurut PERPANG TNI NOMOR 46 TAHUN 2014 tentang Peraturan Baris-Berbaris Tentara Negara Indonesia Pasal 1 Ayat 1, Peraturan Baris Berbaris (PBB) adalah peraturan tata cara baris berbaris yang diwujudkan dalam bentuk latihan fisik yang diperlukan guna menanamkan kebiasaan dan jiwa korsa dalam kehidupan militer yang diarahkan kepada terbentuknya suatu sikap prajurit berkarakter dan jasmani yang tegap, tangkas, menumbuhkan disiplin, loyalitas tinggi, kebersamaan dan tanggung jawab sehingga senantiasa mengutamakan kepentingan tugas diatas kepentingan individu.
Mungkin beberapa orang belum sadar bahwa Baris berbaris sangat menggunakan banyak konsep MATEMATIKA di dalamnya. Seperti konsep Geometri, Bilangan, Rotasi, Sudut, dan juga konsep Matematika Aplikasi. Penulis akan menjelaskan dan mendeskripsikan bahkan menunjukkan bahwa konsep Matematika sangatlah diperlukan dalam gerakan-gerakan baris-berbaris.
A.     Gerakan Di Tempat
1.      Sikap Sempurna
Sikap sempurna adalah sikap siap dalam posisi berdiri. Pada pelaksanaannya tidak ada gerakan bagi anggota tubuh dengan ketentuan yang telah diatur pada tiap-tiap bentuk posisi sikap sempurna.
Pelaksanaan sikap sempurna posisi berdiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Sikap berdiri badan tegak.
b.      Kedua tumit rapat dengan kedua telapak kaki membentuk sudut 45.
c.       Lutut lurus dan paha dirapatkan, tumpuan berat badan dibagi atas kedua kaki.
d.      Perut ditarik dan dada dibusungkan.
e.       Pundak ditarik sedikit kebelakang dantidak dinaikkan.
f.       Kedua tangan lurus dan rapat disamping badan, pergelangan tangan lurus, jari-jari tangan (mengepal) menggenggam tidak terpaksa dirapatkan pada paha.
g.       Punggung ibu jari menghadap kedepan merapat pada jahitan celana.
h.      Leher lurus, dagu ditarik sedikit ke belakang.
i.        Mulut ditutup, pandangan mata lurus mendatar kedepan, bernapas sewajarnya.
Pada sikap sempurna konsep matematika yang digunakan adalah konsep Trigonometri, karena pada saat sikap sempurna menggunakan ketentuan sudut, yaitu 45 pada posisi kaki yang terbuka.
2.      Sikap Istirahat
Sikap istirahat adalah sikap posisi berdiri dan duduk dalam pelaksanaannya sikap rileks bagi anggota tubuh dengan ketentuan yang telah diatur pada tiap-tiap bentuk posisi sikap istirahat.
Pelaksanaan sikap istirahat posisi berdiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Kaki kiri dipindahkan kesamping kiri, dengan jarak selebar bahu.
b.      Kedua belah tangan dibawa kebelakang.Tangan kiri memegang pergelangan tangan kanan dengan ibu jari dan jari telunjuk tepat dipergelangan tangan kanan, punggung tangan kiri diletakkan dipinggang/kopelrim.
c.       Pandangan mata tetap lurus ke depan.
Pada sikap istirahat konsep yang digunakan adalah konsep sudut, yaitu posisi tangan yang berada di belakang punggung membentuk sudut dan berbentuk seperti belah ketupat.
3.      Lencang Kanan/Kiri
Tata cara lencang kanan dan atau lencang kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Dilaksanakan pada saat pasukandalam formasi bersaf.
b.      Pada aba-aba pelaksanaan saf paling depan mengangkat luruslengan kanan/kiri kesamping sampaidibelakang punggung orang yang berada disebelah kanan/kiri,selanjutnya mengambil jarak satu lengan sehingga tangan menyentuh bahu orang yang berada disebelahnya.
c.       Jari-jari tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas,bersamaan dengan itu kepala dipalingkan ke kanan/kiri dengan tidak terpaksa.
d.      Penjuru saf tengah dan belakang, melaksanakan lencang depan 1 lengan ditambah 2 kepal, setelah lurus menurunkan tangan secara bersama-samasetelah orang paling belakang memberi isyarat, kepala tetap lurus kedepan sedang saf 2 dan 3 yang lain memalingkan kepala kekanan/kiri dengan tidak mengangkat tangan.
e.       Masing-masing saf meluruskan diri hingga dapat melihat dada orang-orang yang berada disebelah kanan/kiri sampai kepada penjuru kanan/kirinya.
f.       Penjuru kanan/kiri tidak berubah tempat.
g.       Setelah lurus aba-aba “TEGAK = GERAK”.
h.      Kepala dipalingkan kembali ke depan bersamaan tangan kanan kembali ke sikap sempurna.
Pada saat lencang kanan/kiri konsep matematika yang digunakan adalah konsep Translasi atau pergeseran. Pada saat aba-aba pelaksanaan diucapkan maka pasukan akan bergeser sesuai jarak yang sudah ditentukan.
4.      Lencang Depan
Tata cara lencang depan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Dilaksanakan pada saat pasukan dalam formasi berbanjar.
b.      Penjuru tetap sikap sempurna sedangkan banjar kanan nomor dua dan seterusnya meluruskan ke depan dengan mengangkat tangan jarak 1 lengan ditambah 2 kepal orang yang di depannya,jari-jari tangan menggenggam, punggung tangan menghadap ke atas.
c.       Banjar dua dan tiga saf terdepan mengambil antara satu lengan/setengah lengan disamping kanan, setelah lurus menurunkan tangan, serta menegakkan kepala kembali dengan serentak.
d.      Pada aba-aba “TEGAK = GERAK” banjar kanan kecuali penjuru secara serentak menurunkan lengan dan berdiri dalam sikap sempurna.
Pada saat lencang depan konsep matematika yang digunakan adalah konsep Translasi atau pergeseran. Pada saat aba-aba pelaksanaan diucapkan maka pasukan akan bergeser sesuai jarak yang sudah ditentukan.
5.      Setengah Lengan Lencang Kanan/Kiri
Tata cara setengah lengan lencang kanan dan atau setengah lengan lencang kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Secara umum pelaksanannya sama seperti lencang kanan/kiri.
b.      Tangan kanan/kiri diletakkan dipinggang (bertolak pinggang) dengan siku menyentuh lengan orang yang berdiri disebelah kanan/kirinya, pergelangan tangan lurus, ibu jari disebelah belakang dan empat jari lainnya rapat disebelah depan.
c.       Pada aba-aba “TEGAK = GERAK” semua serentak menurunkan lengan memalingkan muka kembali ke depan dan berdiri dalam sikap sempurna.
Pada saat setengah lengan lencang kanan/kiri konsep matematika yang digunakan adalah konsep Trignometri dan Translasi. Pada saat aba-aba pelaksanaan diucapkan maka pasukan akan bergeser sesuai jarak yang sudah ditentukan dan posisi tangan akan membentuk sudut 45.
6.      Berhitung
Pelaksanaan berhitung dalam bentuk formasi bersaf, sebagai berikut:
a.       Setelah ada aba-aba peringatan:”HITUNG”, barisan yang berada di saf paling depan semua memalingkan kepala secara serentak ke arah kanan 45º, personel yang bertindak sebagai penjuru kanankepala lurus kedepan.
b.      Aba-aba pelaksanaan:” MULAI” hitungan pertama (satu) diawali dari penjuru kanan dengan kepala tidak dipalingkan.
c.       Untuk urutan kedua dan seterusnya bersamaan dengan menyebut hitungan dua dan seterus kepala dipalingkan ke arah semula (lurus ke depan).
d.      Untuk personel paling kiri belakang berteriakmelaporkanjumlah kekurangan atau “LENGKAP”.
Pelaksanaan berhitung dalam bentuk formasi berbanjar, sebagai berikut:
a.       Personel paling depan banjar kanan mengawali hitungan pertama danberturut-turut ke belakang menyebutkan nomornya masing-masing dengan kepala tetap tegak.
b.      Untuk saf kedua,ketiga dan seterusnya melanjutkan hitungan, kepala tetap lurus ke depan.
c.       Personel paling kiri belakang berteriak melaporkan jumlah kekuranganatau “LENGKAP”.
Pada saat berhitung konsep matematika yang digunakan adalah konsep Trigonometri yang menggunakan ketentuan sudut 45 pada saat memalingkan kepala dan konsep Bilangan pada saat pasukan yang posisinya di panjar paling depan menyebutkan bilangan sesuai urutan, serta konsep Perkalian pada saat personil paling kiri berteriak lengkap (baris × banjar).
7.      Hormat
Tata cara penghormatan adalah: Setelah aba-aba pelaksanaan diucapkan, dengan gerakan cepat tangan kanan diangkat ke arah pelipis kanan dan tangan membentuk sudut 90.
Pada saat Hormat konsep matematika yang digunakan adalah konsep Trigonometri karena menggunakan ketentuan sudut, yaitu posisi tangan membentuk sudut 45 pada saat hormat kepada seseorang dan 90 pada saat hormat kepada bendera.
8.      Hadap Kanan/Kiri
Urutan kegiatan hadap kanan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Aba-aba “HADAP KANAN = GERAK”.
b.      Saat aba-aba pelaksanaan kaki kiri diajukan serong di depan kaki kanan dengan lekukan kaki kiri berada di ujung kaki kananjarak satu kepalan tangan berat badan berpindah ke kaki kananpandangan mata tetap lurus kedepan.
c.       Kaki kanandan badan diputar ke kanan 90 ºdengan poros tumit kaki kanan.
d.      Kaki kiri dirapatkan kembali ke kaki kanan seperti dalam keadaan sikap sempurna.
Urutan kegiatan hadap kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Aba-aba “HADAP KIRI = GERAK”.
b.      Saat aba-aba pelaksanaan kaki kanandiajukan serong di depan kaki kiri dengan lekukan kaki kanan berada di ujung kaki kirijarak satu kepalan tangan, berat badan berpindah ke kaki kiripandangan mata tetap lurus kedepan.
c.       Kaki kiridan badan diputar ke kiri 90 º dengan poros tumit kaki kiri.
d.      Kaki kanan dirapatkan kembali ke kaki kiri seperti dalam keadaan sikap sempurna.
Pada saat hadap kanan/kiri konsep matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi, karena pada pelaksanaannya menggunakan ketentuan sudut yang perputaraannya 90 dan mempunyai poros.
9.      Balik Kanan
Urutan kegiatan balik kanan diatur sebagai berikut:
a.       Aba-aba “BALIK KANAN = GERAK”.
b.      Kaki kiri diajukan melintang di depan kaki kanan, lekukan kaki kiri di ujung kaki kanan membentuk huruf “T” dengan jarak satu kepalan tangan, tumpuan berat badan berada di kaki kiri, posisi badan dan pandangan mata tetap lurus kedepan.
c.       Kaki kanan dan badan diputar ke kanan 180º dengan poros tumit kaki kanan.
d.      Tumit kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan tidak diangkat, (kembali seperti dalam keadaan sikap sempurna).
Pada saat balik kanan konsep matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi, karena pada pelaksanaannya menggunakan ketentuan sudut yang perputaraannya 180 dan mempunyai poros.
10.  Hadap Serong Kanan/Kiri
Urutan kegiatan hadap serong kanan diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Aba-aba “HADAP SERONG KANAN = GERAK”.
b.      Pada aba-aba pelaksanaan kaki kiri digeser sejajar dengan kaki kanan, berjarak ± 20 cm atau selebar bahu, posisi badan dan pandangan mata tetap lurus kedepan.
c.       Kaki kanan dan badan diputar ke kanan 45º dengan poros tumit kaki kanan.
d.      Tumit kaki kiri dirapatkan ke tumit kaki kanan dengan tidak diangkat.
Urutan kegiatan hadap serong kiri diatur dengan ketentuan sebagai berikut:
a.       Aba-aba “HADAP SERONG KIRI = GERAK”
b.      Pada aba-aba pelaksanaan kaki kanan digeser sejajar dengan kaki kiri, berjarak ± 20 cm atau selebar bahu, posisi badan dan pandangan mata tetap lurus kedepan.
c.       Kaki kiri dan badan diputar ke kiri 45º dengan poros tumit kaki kiri.
d.      Tumit kaki kanan dirapatkan ke tumit kaki kiridengan tidak diangkat.
Pada saat hadap kanan/kiri konsep matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi, karena pada pelaksanaannya menggunakan ketentuan sudut yang perputaraannya 45 dan mempunyai poros.

11.  Jalan Di Tempat
Urutan pelaksanaan jalan ditempat.
a.       SaatSetelah aba-aba pelaksanaan kaki kiri dan kanan diangkat secara bergantian dimulai dengan kaki kiri.
b.      Posisi paha dan badan membentuk sudut 90º(horizontal).
c.       Ujung kaki menuju kebawah.
d.      Tempo langka sama dengan langkah biasa.
e.       Badan tegak pandangan mata lurus ke depan.
f.       Lengan lurus dirapatkan pada badan dengan tidak dilenggangkan.
Pada saat jalan di tempat konsep matematika yang digunakan adalah konsep Trigonometri karena menggunakan ketentuan sudut, yaitu 90untuk posisi paha dan badan.
B.     Gerakan Berjalan
Pada baris-berbaris gerakan berjalan dilakukan dengan secara serempak oleh pasukan dan menggunakan ketentuan-ketentuan. Setiap gerakan mempunyai ketentuan panjang dan temponya masing-masing, diantaranya:
·         Langkah biasa
65 cm/106 tiap menit.
·         Langkah tegap/defile  
65 cm/103 tiap menit.
·         Langkah perlahan       
40 cm/30 tiap menit.
·         Langkah ke samping
40 cm/70 tiap menit.
·         Langkah ke belakang
40 cm/70 tiap menit.
·         Langkah ke depan
60 cm/70 tiap menit.
·         Langkah waktu lari
80 cm/165 tiap menit.
Dari pernyataan di atas kita dapat melihat konsep matematika yang digunakan adalah konsep Matematika Aplikasi khususnya Fisika, yaitu kecepatan.
·         Langkah biasa
65 cm/106 tiap menit.
Kecepatan:
65 cm = 0,65 m  106 = 68,9 m
1 menit = 60 sekon
·         Langkah tegap/defile  
65 cm/103 tiap menit.
Kecepatan:
65 cm = 0,65 m  103 = 66,95 m
1 menit = 60 sekon
·         Langkah perlahan
40 cm/30 tiap menit.
Kecepatan:
40 cm = 0,4 m  30 = 12 m
1 menit = 60 sekon
·         Langkah ke samping
40 cm/70 tiap menit.
Kecepatan :
40 cm = 0,4 m  70 = 28 m
1 menit = 60 sekon
·         Langkah ke belakang  
40 cm/70 tiap menit.
Kecepatan:
40 cm = 0,4 m  70 = 28 m
1 menit = 60 sekon
·         Langkah ke depan
60 cm/70 tiap menit.
Kecepatan:
60 cm = 0,6 m  70 = 42 m
1 menit = 60 sekon
·         Langkah waktu lari     
80 cm/165 tiap menit.
Kecepatan:
80 cm = 0,8 m  165 = 132 m
1 menit = 60 sekon
Selain gerakan yang telah dijelaskan di atas, masih ada beberapa gerakan yang dilakukan pada gerakan berjalan, diantaranya:
1.      Haluan dan Melintang
Pelaksanaan Haluan:
a.       Pada aba-aba pelaksanaan, penjuru kanan/kiri berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
b.      Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian berjalan ditempat.
c.       Setelah penjuru kanan/kiri depan melihat safnya lurus maka teriak “LURUS”.
d.      Kemudian komandan memberi aba-aba: “HENTI =GERAK”.Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan berhenti dan sikap sempurna.
Pelaksanaan Melintang:
a.       Melintang Kanan, pada aba-aba pelaksanaan hadap kanan kemudian melaksanakan haluan kiri.
b.      Melintang Kiri, pada aba-aba pelaksanaan hadap kirikemudian melaksanakan haluan kanan
c.       Pasukan melaksanakan haluan kiri/kananyaitu penjuru kiri/kanan berjalan ditempat dengan memutarkan arah secara perlahan-lahan hingga merubah arah sampai 90º.
d.      Bersamaan dengan itu masing-masing saf mulai maju jalan dengan rapih (dengan tidak melenggang) sambil meluruskan safnya hingga merubah arah sebesar 90º, kemudian berjalan ditempat.
e.       Setelah penjuru kiri/kanan depan melihat safnya lurus maka teriak “LURUS”.
f.       Kemudian komandan memberi aba-aba: “MAJU = JALAN”. Pada waktu kaki kiri/kanan jatuh ditanah ditambah 1 langkah kemudian seluruh pasukan maju jalan dengan gerakan langkah biasa. (pasukan tidak berhenti dulu).
Pada saat haluan/melintang konsep matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi karena menggunakan ketentuan sudut yang perputarannya 90 dan terdapat poros.
2.      Belok Kanan/Kiri
Pelaksanaan belok kanan/kiri.
a.       Dari Sikap sempurna.
b.      Setelah aba-aba pelaksanaan kaki kiri melangkah satu langkah dengan dihentakakan.
c.       Kemudian penjuru kanan/kiri memperpendek langkah (± 16 cm) dan merubah gerakan kekanan/kekiri secara perlahan ± 7 langkah sehingga kedudukan berpindah kekanan depan 60 cm. (Penjuru depan merubah arah 90º ke kanan/kiri atau hadap kanan/kiri)
d.      Orang tengah dan orang paling luar (kanan/kiri) melakukan gerakan sama dengan penjuru, dengan panjang langkah 32,5 cm dan 65 cm (langkah biasa) hingga posisinya berada disamping penjuru.
e.       Kemudian melanjutkan gerakan maju dengan langkah biasa.
Pada saat belok kanan/kiri konsep matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi karena menggunakan ketentuan sudut yang perputarannya 90 dan terdapat poros.
3.      Dua Kali Belok Kanan/Kiri
Tata cara dua kali belok kanan/kiri:
a.       Untuk dua kali belok kanan,aba-aba pelaksanaan dijatuhkan pada waktu kaki kiri penjuru jatuh ditanahditambah satu langkah, sedangkan belok kiri jatuh pada kaki kanan ditambah satu langkah.
b.      Setelah aba-aba pelaksanaan kaki kiri melangkah satu langkah dengan dihentakakan.
c.       Kemudian penjuru kanan/kiri memperpendek langkah (± 16 cm) dan merubah gerakan kekanan/kekiri secara perlahan ± 7 langkah sehingga kedudukan berpindah kekanan depan 60 cm. (Penjuru depan merubah arah 90º ke kanan/kiri atau hadap kanan/kiri)
d.      Orang tengah dan orang paling luar (kanan/kiri) melakukan gerakan sama dengan penjuru, dengan panjang langkah 32,5 cm dan 65 cm (langkah biasa) hingga posisinya berada disamping penjuru.
e.       Selanjutnya melaksanakan belok kanan/kiri kembali.
f.       Kemudian melanjutkan gerakan maju dengan langkah biasa.
Pada saat dua kali belok kanan/kiri konsep matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi karena menggunakan ketentuan sudut yang mempunyai poros dan perputarannya 90lalu melakukan beberapa langkah lalu melakukan perputaran 90 kembali sehingga perputarannya menjadi 180.
4.      Tiap-Tiap Banjar Dua Kali Belok Kanan/Kiri
Tata cara tiap-tiap banjar dua kali belok kanan/kiri:
a.       Penjuru tiap-tiap banjar melangkah satu langkah kedepan kemudian masing-masingmelaksanakan dua kali belok kanan hingga berbelokarah 180º.
b.      Personel lainya melaksanakan gerakan yang sama setibanya ditempat penjuru belok.
Pada saat haluan/melintang konsep matematika yang digunakan adalah konsep Rotasi karena menggunakan ketentuan sudut yang mempunyai poros dan perputarannya 90yang dilakukan sebanyak dua kali sehingga perputarannya menjadi 180.
5.      Berhimpun
Tata cara berhimpun:
a.       Pada waktu aba-aba peringatan seluruh anggota mengambil sikap sempurna dan menghadap penuh kepada yang memberi aba-aba.
b.      Pada aba-aba pelaksanaan seluruh anggota mengambil sikap untuk lari, selanjutnya lari menuju di depan komandan dengan jarak 3 langkah.
c.       Pada waktu seluruh anggota sampai ditempat, mengambil sikap istirahat, saf kedua dan seterusnya mengambil posisi diblakangnya antara orang-orang didepannya (dísela-sela)
d.      Setelah ada aba-aba “SELESAI”, seluruh anggota mengambil sikap sempurna, balik kanan selanjutnya menuju tempat masing-masing.
e.       Pada saat datang ditempat komandan serta kembali tidak menyampaikan penghormatan.
f.       Bentuk mengikat jumlah saf tidak mengikat.
3 Langkah
Pada saat berhimpun konsep matematika yang digunakan adalah konsep Simetris, karena pada posisi berhimpun mempunyai pola.
Kesimpulan:
Dapat disimpulkan bahwa dalam baris-berbaris terdapat peraturan pelaksanaan yang banyak menggunakan konsep matematika, bahkan hampir 100% semua gerakan baris-berbaris menggunakannya. Penulis yakin bahwa bukan hanya baris-berbaris saja yang nyatanya menggunakan konsep matematika, masih banyak kegiatan-kegiatan dalam kehidupan sehari-hari kita yang menggunakan konsep matematika. Hanya saja kita belum menyadarinya.
Matematika bukanlah hal yang sangat sulit dan rumit atau bahkan menakutkan. Matematika adalah suatu hal yang sebenarnya selalu menemani kita dalam setiap aktivitas.
Penulis berharap karya tulis ini dapat berguna dan bermanfaat bagi pembaca khususnya bagi penulis sendiri. Sadarilah, bahwa matematika adalah teman terdekat kita!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar