Senin, 11 Juli 2016

essay Teori Bilangan (Nilai Matematika: Pahala dan Dosa)

Nilai Matematika: Pahala dan Dosa
Ai Hesti Wahyuni - 152151208
aihestiw@gmail.com

     Siapa yang tidak mengenal matematika? Tentunya semua kalangan baik tua maupun muda tidak asing lagi ketika mendengar kata matematika. Matematika mulai dipelajari dari ketika memasuki jenjang pendidikan dasar dan terus dipelajari sampai ke jenjang sekolah yang lebih tinggi. Pernahkah berpikir untuk apa mempelajari matematika? Alasannya karena matematika merupakan ratunya ilmu, semua cabang ilmu pasti memerlukan perhitungan, mulai dari fisika, kimia, ekonomi, geografi dan masih banyak ilmu lainnya yang memerlukan matematika.
Kata “matematika” berasal dari bahasa Yunani Kuno μάθημα (máthēma), yang berarti pengkajian, pembelajaran, ilmu, yang ruang lingkupnya menyempit, dan arti teknisnya menjadi “pengkajian matematika”, bahkan demikian juga pada zaman kuno. Kata sifatnya adalah μαθηματικός (mathēmatikós), berkaitan dengan pengkajian, atau tekun belajar, yang lebih jauhnya berarti matematis. Secara khusus, μαθηματικὴ τέχνη (mathēmatikḗ tékhnē), di dalam bahasa Latin ars mathematica, berarti seni matematika.
Pentingnya mempelajari matematika, sangat berkesinambungan antara penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Maka tidak benar rasanya jika ada orang yang beranggapan bahwa matematika tidaklah harus di pelajari lebih dalam cukup hanya mengetahui pola operasi hitung yang di gunakan sehari-hari saja, seperti ketika sedang melakukan transaksi jual beli. Matematika di sebagian kalangan masyarakat masih menjadi momok yang sangat menakutkan, banyak istilah yang mereka berikan untuk menjuluki matematika.
Sebutan bahwa matematika sebagai ratunya ilmu sangat tepat. Banyak ilmu yang memerlukan perhitungan, satu di antara ilmu yang memerlukan matematika adalah ilmu yang berkaitan dengan keagamaan (akhlaq), yaitu kebaikan dan keburukan. Kebaikan berhubungan dengan budi luhur, bermartabat, menyenangkan dan disukai manusia. Louis Ma’luf dalam kitabnya, Munjid, mengatakan bahwa yang disebut dengan baik adalah sesuatu yang telah mencapai kesempurnaan. Sedangkan yang disebut buruk adalah syar dalam bahasa Arab, atau sesuatu yang dinilai sebaliknya dari yang baik dan tidak disukai kehadirannya oleh manusia.

      Kebaikan dan keburukan merupakan hal yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia, setiap detik yang di sadari maupun yang tidak di sadari perbuatan kebaikan dan keburukan tersebut tidak akan pernah berhenti menghiasi hari sampai manusia kembali ke Sang Maha Pemilik segalanya (Alloh Swt.). Perlu diketahui bahwa sekecil apa pun perbuatan yang di lakukan seseorang akan tetap pertanggungjawabkan ketika di akhirat kelak, seperti yang tercantum dalam firman Alloh Swt. berikut ini ”Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan)nya, maka tempat kembalinya adalah Neraka Hawiyah. Dan tahukah kamu apakah neraka Hawiyah itu (yaitu) api yang sangat panas (QS. Al-Qaari’ah: 6-11)”.
Bentuk keterkaitan matematika dengan akhlaq yang di lakukan salah satu contohnya adalah tentang pahala kebaikan dan keburukan. Dalam sebuah hadits menjelaskan tenang pahala yang akan di dapat jika melakukan kebaikan dan keburukan.
عَنْ ابْنِ عَبَّاسِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلى الله عليه وسلم فِيْمَا يَرْوِيْهِ عَنْ رَبِّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى : إِنَّ اللهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ : فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ عَشْرَةَ حَسَنَاتٍ إِلَى سَبْعِمِائَةِ  ضِعْفٍ إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيْرَةٍ، وَإِنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا كَتَبَهَا اللهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، وَإِنْ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا كَتَبَهَا اللهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً “
 [رواه البخاري ومسلم في صحيحهما بهذه الحروف]
Dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu ‘anhu, dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, beliau meriwayatkan dari Tuhannya, Tabaaraka wa ta’aala. Firman-Nya : “Sesungguhnya Allah telah menetapkan nilai kebaikan dan kejahatan, kemudian Dia menjelaskannya. Maka barang siapa berniat mengerjakan kebaikan tetapi tidak dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat untuk berbuat kebaikan lalu ia mengerjakannya, Allah mencatatnya sebagai 10 sampai 700 kali kebaikan atau lebih banyak lagi. Jika ia berniat melakukan kejahatan, tetapi ia tidak mengerjakannya, Allah mencatatkan padanya satu kebaikan yang sempurna. Jika ia berniat melakukan kejahatan lalu dikerjakannya, Allah mencatatnya sebagai satu kejahatan” (HR. Bukhari no. 6491 dan Muslim no. 131 dalam Kitab Shahihnya dengan lafazh ini).
Hadits di atas di jelaskan bahwa pahala kebaikan jika di laksanakan akan di catat pahala sebanyak 10 sampai 700 kali lipat, sedangkan pahala keburukan jika di laksanakan akan di catat 1 pahala keburukan saja. Dari Hadits di atas menjadi pertanyaan kenapa pahala kebaikan dan keburukan berbeda perbandingan antara 10 sampai 700 kali lipat dengan -1. Hal tersebut menjadi pertanyaan apa filosofis tentang angka-angka yang terdapat dalam Hadits di atas?
     Pahala ialah ganjaran baik dari Allah atas setiap perbuatan baik maupun yang dilakukan oleh manusia di dunia. Di masyarakat biasanya pahala itu hanya untuk perbuatan kebaikan saja dan untuk keburukan sendiri sering di sebut dengan dosa. Akan tetapi kali ini saya akan menyebutkan pahala untuk istilah ganjaran dari perbuatan kebaikan dan keburukan, hanya nilai dari pahala kebaikan dan keburukan itu sendiri berbeda seperti yang di jelaskan pada Hadits di atas.
Untuk menjawab pertanyaan tentang apa filosofis angka 10 sampai di lipat gandakan 700 kali lipat pada pahala kebaikan dan angka -1 pada pahala keburukan adalah karena Alloh Swt. maha pengampun dan maha penyayang seperti yang terdapat dalam firman Alloh swt. yang artinya: “kecuali orang-orang yang bertobat dan beriman dan mengerjakan amal kabajikan, maka kejahatan mereka di ganti dengan kebaikan. Alloh maha pengampun, maha penyayang”. (QS Al-Furqan:70)
Filosofi angka pada pahala kebaikan dan keburukan tersebut merupakan suatu gambaran bahwa dalam pelaksanaan kebaikan lebih banyak hambatan yang menghalangi dari pada keburukan jika di laksanakan. Alloh Swt. lebih melihat bagaimana proses ketika akan melakukan kebaikan dan keburukan. Dan itulah cara Alloh Swt. untuk dapat menarik perhatian supaya berbuat kebaikan. Dalam sebuah Hadits dijelaskan bahwa kebaikan itu dihiasi dengan yang tidak kita sukai sedangkan keburukan sebaliknya, seperti yang terdapat dalam Hadits di bawah ini:
Dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
 Kebaikan sering dikaitkan dengan surga dan keburukan di kaitkan dengan neraka, sehingga pada Hadits di atas dijelaskan bahwa surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat. Hal ini menunjukkan bahwa ketika akan melakukan kebaikan akan banyak sekali rintangan yang menghalangi.

Misalnya, ketika kita membuat rencana suatu kebaikan seperti akan menghafal juz 30 dalam waktu 1 bulan. Namun dalam pelaksanaannya banyak sekali godaan mulai dari rasa malas sampai menunda-nunda waktu hafalan, atau bahkan sampai target waktu habis pun rencana yang di buat itu tidak tercapai. Hal tersebut merupakan contoh kecil dari halangan yang ada ketika akan melakukan kebaikan, masih banyak sekali fenomena yang terjadi di masyarakat yang menunjukkan bahwa ketika akan melakukan kebaikan justru banyak sekali godaan dan halangan. Ironisnya di zaman sekarang ini masyarakat justru malah menilai bahwa orang-orang yang melakukan kebaikan justru malah di pandang tidak baik seperti di tuduh sebagai teroris dan lain sebagainya. Sedangkan orang-orang yang melakukan keburukan justru malah di anggap hal yang lumrah yang biasa di lakukan oleh masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa banyak sekali godaan yang bersumber dari rayuan setan yang menjadi musuh yang nyata bagi manusia.
Keterkaitan antara matematika dengan pahala dan dosa adalah matematika sering di istilahkan dengan ilmu perhitungan. Sedangkan dalam konsep pahala dan dosa, sebagai makhluk ciptaan Alloh swt dan akan kembali kepada Alloh harus menjalankan hidup dengan penuh perhitungan. Karena segala sesuatu yang di perbuat kebaikan maupun keburukan akan di pertanggung jawabkan. Sehingga ketika akan melakukan sesuatu maka harus di perhitungkan, apakah akan membawa kita kepada kebahagiaan (surga) atau malah membawa kepada penderitaan (neraka).
Nilai matematika pahala dan dosa merupakan satu diantara contoh penerapan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Nilai 10 sampai 700 kali lipat pada pahala kebaikan yang merupakan bilangan positif , sedangkan nilai -1 pada pahala keburukan yang merupakan bilangan negatif. Selain itu, nilai, matematika pahala dan dosa juga menggambarkan berapa banyak kebaikan atau keburukan yang di lakukan oleh seseorang. Kata banyak dalam kalimat tersebut menggambarkan jumlah dari sesuatu yang dapat di hitung maupun yang tak tidak bisa terhitung. Operasi hitung yang di lakukan adalah penjumlahan, perkalian, dan pembagian. Contohnya seperti ketika melakukan satu kebaikan kebaikkan maka pahala yang di dapat 10 sampai di lipat gandakan 700 kali lipat, dan ketika melakukan satu hal keburukan maka akan di kalikan -1. Dapat di hitung juga dalam satuan waktu misalnya satu jam berapa banyak kebaikan dan keburukan yang di lakukan? Banyak kebaikan dan keburukan tersebut merupakan komponen matematika yang saling berhubungan yakni antara banyak bilangan pahala kebaikan dan keburukan yang di lakukan, akan di kalikan dan di jumlahkan dalam satuan waktu tertentu.
. Bilangan, menghitung banyak sesuatu, dan operasi yang terdapat dalam nilai pahala dan dosa tersebut merupakan komponen dari matematika. Hal tersebut menjadi bukti bahwa matematika itu merupakan ratunya ilmu. Hampir semua ilmu yang memerlukan matematika. Bahkan dalam ilmu agama sekali pun matematika terdapat keterkaitan. Dan hal tersebut harus menjadi cerminan bahwa hidup itu harus penuh dengan perhitungan seperti perhitungan dalam matematika untuk meraih kebahagiaan yang hakiki.

Daftar pustaka

Fajar,Ibnu.(2011). Sejarah Matematika. [Online] Tersedia: http://googleweblight.com/?lite_url=http://pesonamatematik.blogspot.com/2013/09/sejarah-asal-usul-dan-perkembangan.html [Di akses pada 10 Juni 2016)

Farikhah,Umi.(2010).Hadits tentang perkara yang di sukai dan yang di benci.[Online]. Tersedia:
        https://muslimah.or.id/888-surga-diliputi-perkara-yang-dibenci-jiwa-neraka-diliputi-perkara-yang-disukai-nafsu.html [Di akses pada 3 juni 2016]

Makasar,STIBA.(2012).Hadits tentang pahala kebaikan dan keburukan.[Online] Tersedia:
http://hadits.stiba.ac.id/?imam=bukhari&no=6010&type=hadits [Di akses pada 3 juni 2016]

Syatila,Shabra.(2014).Perhitungan kebaikan dan keburukan. [Online]. Tersedia:
http://www.fimadani.com/perhitungan-amal-dan-timbangan-di-akhirat/[Di akses pada 3 Juni 2014]

Tamam,Jauharudin. (2013).konsep pahala kebaikan dan keburukan.[Online] Tersedia:
http://jauharudin28.blogspot.co.id/2013/06/konsep-pahala-dalam-pandangan.html [di akses pada: 3 Juni 2016]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar